Tik Tok Tik Tok… ternyata bunyi berjalannya jarum detik itu belum berubah ya (sambil memperhatikan jam)… tak terasa waktu itu tiba. Hari yang spesial untuk orang spesial. (^^’)…senangnyaaa… kadatangan tamu (ups terlalu resmi) bagaimana kalau disebut sahabat? Hmm…tapi sepertinya kata “saudara” lebih cocok deh (hehe…terserah aja deh, yang penting enak di hati). Yups saudaraku datang berkunjung dari Batam (tempat yang belum pernah kupijak) Subhanallah… kau tahu bagaimana kita saling mengenal?
(lllllllllllllllllllllllll
hmm okelah kalau begitu karena ga ada yang jawab aku jawab sendiri aja (^^)… pertemuan yang tak disangka tak diduga, kusangka kami hanya akan menjadi teman dunia Maya, melalui situs jejaring sosial Muxlim, yang berawal dari kenarsisan diluar kewajaran yang diorganisir sama Nelis untuk ngacak2 Muxlim, dengan bahasa Indonesia, terkadang bahasa Sunda, yang bikin para Bule (sebutan untuk orang asing meskipun tak dipungkiri banyak juga yang berkulit gelap hehe…^^) kebingungan dan protes “Hey what are you talking about? English please” hahaha…maaf pak darah kompeni kami sudah angkat kaki bersama hengkangnya Belanda dari Negara tercinta (ga nyambung kayanya, bilang aja Englishnya belum kafah ^^'v xixixi...),
yo kemudian silaturahmi berlanjut ke FB, dan YM tentunya (^^’) memudahkan kami untuk saling berdiskusi, belajar, atau sekedar menyapa dan memberi tausiyah. Ternyata rasa cinta karena Allah itu begitu besar, untuk menguatkan azam saudaraku itu untuk memberanikan diri berkelana ke Bandung, tempat yang juga belum pernah ia kunjungi, hanya untuk mengunjungiku dan seorang saudaraku, Nelis (hehe maaf agak GR dikit sodara2 ^^). Yup kami bertiga menjadi sahabat dekat.
Hari itu tiba,…deg deg deg… Hayah, kenapa jadi Thomas Grogi gini? Bingung uy, akhwat ini nanti mau diapain ya? Mau dikerjain kesian, mau diajak bersih2 kosan…kayanya dia udah biasa hehe (^^’) (bcanda Na). Akhirnya diputuskan untuk mengajaknya ke Garut, tempat kelahiran Nelis. Hahaha… bersiaplah saudariku kau akan kami buat terpaku (sakit kali ya…terpalu aja gimana? hhe ^^), yup terpaku dengan keindahan hijaunya hamparan gunung dan bukit, air terjun yang tak pernah kau jumpai di Batam (Sotoy banget yak?) yah ngaku deh, intinya mah kita ga punya ide lain.
Hari senin sekitar jam 11.00 aku n Nelis berangkat ke Cipaganti Travel di MTC Bandung. Heee…? (@.@)...Ternyata kami nyasar sodara2 (Ini salah satu alasan tak terfikir untuk mengajak Lina keliling2 Bandung, karena tingkat ukhuwah kami pun belum sampe tafahum sama Bandung ). Untung waktu SD diajarin peribahasa “Malu bertanya sesat di ujian, eh salah, itu mah waktu jaman jahiliyah. Sesat di jalan maksudnya”. Akhirnya kami bertanya sama yang hobinya membariskan motor2 “oh MTC deket neng, setelah pom bensin belok kiri aja atau naik angkot sebentar ”. OK pak, Hoo…naik angkot? No way! jalan aja ah, sehat, lagian kan deket. Kemuidian kami berjalan penuh semangat…(^o^)/ masih semangat…(^o^), sedikit semangat…(^o^'), semangat semakin berkurang bersama tetesan2 peluh (^^;)... Dan akhirnya aku n Nelis saling memandang dan baru inget sesuatu “Deketnya orang Sundaaaaa ituu” Hahahaha (kurasa Nelis pun saat itu lupa kalau dia sendiri orang sunda hihihi), lumayan lah tawa kami membuat jalan sekitar Metro nambah rame. Tapi senang…(^^). Hoho…pelajaran pertama: Jangan mudah percaya ketika orang sunda mengatakan dekat (*terutama penduduk lama apalagi di daerah agak ke dalam dan masih asri) . Karena itu hanya sekedar harapan yan g mengubah tawa menjadi tangis hiks hiks…
Hari senin sekitar jam 11.00 aku n Nelis berangkat ke Cipaganti Travel di MTC Bandung. Heee…? (@.@)...Ternyata kami nyasar sodara2 (Ini salah satu alasan tak terfikir untuk mengajak Lina keliling2 Bandung, karena tingkat ukhuwah kami pun belum sampe tafahum sama Bandung ). Untung waktu SD diajarin peribahasa “Malu bertanya sesat di ujian, eh salah, itu mah waktu jaman jahiliyah. Sesat di jalan maksudnya”. Akhirnya kami bertanya sama yang hobinya membariskan motor2 “oh MTC deket neng, setelah pom bensin belok kiri aja atau naik angkot sebentar ”. OK pak, Hoo…naik angkot? No way! jalan aja ah, sehat, lagian kan deket. Kemuidian kami berjalan penuh semangat…(^o^)/ masih semangat…(^o^), sedikit semangat…(^o^'), semangat semakin berkurang bersama tetesan2 peluh (^^;)... Dan akhirnya aku n Nelis saling memandang dan baru inget sesuatu “Deketnya orang Sundaaaaa ituu” Hahahaha (kurasa Nelis pun saat itu lupa kalau dia sendiri orang sunda hihihi), lumayan lah tawa kami membuat jalan sekitar Metro nambah rame. Tapi senang…(^^). Hoho…pelajaran pertama: Jangan mudah percaya ketika orang sunda mengatakan dekat (*terutama penduduk lama apalagi di daerah agak ke dalam dan masih asri) . Karena itu hanya sekedar harapan yan g mengubah tawa menjadi tangis hiks hiks…
Plang Cipaganti Oooh Cipaganti, akhirnya kami menemukanmu. (sambil melirik jam) haaaayyah telat !!! kesan pertama yang buruk, berjalan cepat berharap Lina belum berakar hehe (^^). Di depan kantor travel kami melihat seseorang berperawakan akhwat. Itu bukan yaa… maklum lah kami hampir belum pernah melihatnya (berarti udah kan). “Assalamualaikum, Naa…” sikap kami yang berusaha dicairkan malah membuat terlihat kaku yang tak wajar. Rencana2 yang disiapkan mau ngomong apa selama di perjalanan tiba2 menghilang dari memori otak. Seolah2 berada di folder hiden. Salting in or salting out, but everything is OK…InsyaAllah (^-^)b. Semalam kami menginap di kosan Azzahra.
Keesokan harinya kami bersiap dan berangkat ke Garut ba’da zuhur. Ada seorang personil baru anggota Tiga Diva kosan azzahra, Dini. Hehe lumayan ada yang bisa dijadikan OP hehe…(^^) (haduh maaf ya Din, kalo suka ngecengin. Sepertinya selama bercanda dosamu tersedot olehku n Nelis) . Siang itu kami berangkt berempat. Subhanallah, bukan kali pertamanya aku menikmati perjalanan ke kota itu. Tapi tetap saja, lukisan itu begitu sempurna. Tak mengurangi sedikitpun kekagumanku padaNya. Sekitar 1,5 jam perjalanan dari Jatinangor akhirnya kami tiba di Garut, dinginnya udara mulai terasa. Wah ternyata hujan deras pun menyambut kedatangan kami. Alhamdulillah jaket cukup melindungi dari ramahnya udara dingin dan meriahnya sambutan hujan… kabarnya memang beberapa hari terakhir hujan di Garut tak kunjung berhenti, dari pagi hingga menjelang malam. Subhanallah, ya Allah jadikanlah hujan ini hujan yng bermanfaat. Sepertinya kalaupun esok kondisinya sama, rencana untuk bertualang ke Curug Orok harus diganti dengan serial Full House.
Hari berganti sejak malam udara semakin dingin, paginya di halaman rumah yang hijau, aku dan Dini sengaja bercakap-cakap dengan sebisa mungkin mengeluarkan udara dalam mulut “Dhini apha khabhar” tau kenapa? Yuhuu…karena dari mulut kami keluar kabut seperti di pelem-pelem Korea Hihihi…(alay tahun berapa nih Din?). Hangatnya pagi makin sempurna dengan hangatnya bala-bala, tempe mendoan, gehu, dan lontong yang dubuat sendiri sejak pagi oleh ibunya Nelis (di setiap tempat sosok ibu memang nomor wahid, maaf ya buu kita dah ngerepotin). Mantaaaap Alhamdulillah.
Keesokan harinya kami bersiap dan berangkat ke Garut ba’da zuhur. Ada seorang personil baru anggota Tiga Diva kosan azzahra, Dini. Hehe lumayan ada yang bisa dijadikan OP hehe…(^^) (haduh maaf ya Din, kalo suka ngecengin. Sepertinya selama bercanda dosamu tersedot olehku n Nelis) . Siang itu kami berangkt berempat. Subhanallah, bukan kali pertamanya aku menikmati perjalanan ke kota itu. Tapi tetap saja, lukisan itu begitu sempurna. Tak mengurangi sedikitpun kekagumanku padaNya. Sekitar 1,5 jam perjalanan dari Jatinangor akhirnya kami tiba di Garut, dinginnya udara mulai terasa. Wah ternyata hujan deras pun menyambut kedatangan kami. Alhamdulillah jaket cukup melindungi dari ramahnya udara dingin dan meriahnya sambutan hujan… kabarnya memang beberapa hari terakhir hujan di Garut tak kunjung berhenti, dari pagi hingga menjelang malam. Subhanallah, ya Allah jadikanlah hujan ini hujan yng bermanfaat. Sepertinya kalaupun esok kondisinya sama, rencana untuk bertualang ke Curug Orok harus diganti dengan serial Full House.
Hari berganti sejak malam udara semakin dingin, paginya di halaman rumah yang hijau, aku dan Dini sengaja bercakap-cakap dengan sebisa mungkin mengeluarkan udara dalam mulut “Dhini apha khabhar” tau kenapa? Yuhuu…karena dari mulut kami keluar kabut seperti di pelem-pelem Korea Hihihi…(alay tahun berapa nih Din?). Hangatnya pagi makin sempurna dengan hangatnya bala-bala, tempe mendoan, gehu, dan lontong yang dubuat sendiri sejak pagi oleh ibunya Nelis (di setiap tempat sosok ibu memang nomor wahid, maaf ya buu kita dah ngerepotin). Mantaaaap Alhamdulillah.
Subhanallah… hari yang spesial untuk orang2 spesial. Ternyata Allah menurunkan hujan panjang selama beberapa hari kemarin untuk mempersiapkan hari ini (kalo GR sama Allah gpp kan ya? Soalnya kan Allah sesuai prasangka hambaNya. Betul…betul…betul?...(^^)b ). Yup mentari kali ini benar2 tersenyum sangat ramah, menmuncakkan semangat kami untuk segera berangkat sesuai rencana. Dengan mengendarai 2 motor kami berjalan menuju Curug Orok. Dan lagi-lagi aku semakin tetpaku dengan pemandangannya yang luar biasa indah. Hon hon…banguun harus tetep konsentrasi, karena jurang2 dan jalan berkelok mengintai. Untungnya jalan pagi itu tak terlalu ramai.
Negri berjuta awan, bukan, ini bukan cerita tentang film doraemon, tapi petualangan ke negri yang baru kali ini aku melihat 80% pemandangan di depan mata dikuasai olah awan yang menggulung tebal, seperti hamparan kapas ternyaman, cerah, menyemburatkan cahaya matahari yang sedikit malu, membuat awan itu seolah menyala unik, seperti mengajak setiap yang melihatnya untuk menjejakkan kaki di sana, meskipun siapapun tahu itu takkan bisa. masyaAllah…anak-anak awan itu pun mengajak kami bermain. Bayangannya yang berada tepat mengiringi kami seolah mengajak berkejaran. Dan anehnya kami tergoda untuk mengejarnya, dan Berhasil! (^o^)/ motor kami berhasil membalapnya. Sugoi! Aku beru teringat impian masa kecil, saat ustadz Arif guru bahasa inggrisku di Mts menceritakan pengalamannya menggenggam awan, yang hingga sekarangpun aku merasa aku pasti bisa mewujudkannya. Sebuah mimpi sederhana… mendaki ke puncak tertinggi untuk menggenggam awan.
Negri berjuta awan, bukan, ini bukan cerita tentang film doraemon, tapi petualangan ke negri yang baru kali ini aku melihat 80% pemandangan di depan mata dikuasai olah awan yang menggulung tebal, seperti hamparan kapas ternyaman, cerah, menyemburatkan cahaya matahari yang sedikit malu, membuat awan itu seolah menyala unik, seperti mengajak setiap yang melihatnya untuk menjejakkan kaki di sana, meskipun siapapun tahu itu takkan bisa. masyaAllah…anak-anak awan itu pun mengajak kami bermain. Bayangannya yang berada tepat mengiringi kami seolah mengajak berkejaran. Dan anehnya kami tergoda untuk mengejarnya, dan Berhasil! (^o^)/ motor kami berhasil membalapnya. Sugoi! Aku beru teringat impian masa kecil, saat ustadz Arif guru bahasa inggrisku di Mts menceritakan pengalamannya menggenggam awan, yang hingga sekarangpun aku merasa aku pasti bisa mewujudkannya. Sebuah mimpi sederhana… mendaki ke puncak tertinggi untuk menggenggam awan.
Roda motor kian melaju menelusuri jalan berkelok tajam, mendaki, dan menurun. Tak peduli wajah yang terbedaki debu, punggung telapak tangan akan belang. Yang terpenting hati ini lapang dari sempitnya dinding keruh sinisnya kehidupan yang tak kekal namun herannya orang2 berbondong2 mengejarnya. Perluas ruang hati, tata kembali ujian yang Allah titipkan untuk kemudian bisa disusun satu per satu untuk bisa kunaiki.
Di sela perjalanan dan tiap kudapati fokus mata ini menangkap sinyal kekaguman, kami tak melewatkan kesempatan untuk bernarsis ria dalam kamera digital, berfoto membanggakan indahnya ciptaan Allah, dikelilingi kebun teh. Inginnya kurekam semua dan kulihat kembali dalam frame memoriku, ya semuanya jauh lebih indah. Terima kasih ya Allah atas optik yang tak terkalahkan dengan kamera secanggih apapun. Sungguh merugi bagi siapa yang masuk ke nerakaNya karena mengkufuri nikmatNya. Aku baru mengerti mengapa Allah menggantikan surga atas keikhlasan seseorang yang tak dikaruniai nikmat ini.
"Apabila hambaku di uji dengan (kehilangan) kedua kekasihnya (dua mata) kemudian dia mampu bersabar, maka pengganti dari keduanya adalah surga.(HR Bukhari)"
Di sela perjalanan dan tiap kudapati fokus mata ini menangkap sinyal kekaguman, kami tak melewatkan kesempatan untuk bernarsis ria dalam kamera digital, berfoto membanggakan indahnya ciptaan Allah, dikelilingi kebun teh. Inginnya kurekam semua dan kulihat kembali dalam frame memoriku, ya semuanya jauh lebih indah. Terima kasih ya Allah atas optik yang tak terkalahkan dengan kamera secanggih apapun. Sungguh merugi bagi siapa yang masuk ke nerakaNya karena mengkufuri nikmatNya. Aku baru mengerti mengapa Allah menggantikan surga atas keikhlasan seseorang yang tak dikaruniai nikmat ini.
"Apabila hambaku di uji dengan (kehilangan) kedua kekasihnya (dua mata) kemudian dia mampu bersabar, maka pengganti dari keduanya adalah surga.(HR Bukhari)"
Alhamdulillah… kami tiba di Curug Orok… Tak sabar kami menapaki jalan mendekati air terjun. Dan subhanallah… kekaguman memuncak dan hampir menitikkan air mata (biarin kalo orang bilang aku lebay, asal jangan daging lebay, alias kutil mutasi skala kecil hehe ^^). Beruntungnya pengunjung saat itu hanya kami berempat, jadi kami bebas menapakkan kaki di dinginnya air, bebas berekspresi sambil foto-foto (ga bakalan lupa sama yang beginian), sekalian curhat sambil memejamkan mata (ahaha… gaya alay tahun berapa din?).
Sejenak berfikir untuk balajar dari air terjun, besar dan derasnya air terjun bukan serta merta ada, tapi ia adalah muara air dari berbagai pelosok yang membuatnya kotor, bahkan tercemar. Ia harus melewati jalan berkelok, melewati penyaringan akar2 yang kerap kali menahan laju alirannya, berbenturan dengan kerasnya bebatuan, tapi kau tau, akar itu membuatnya semakin jernih, benturan batu itu membuatnya semakin kuat untuk bergerak, dan pada ujung muaranya terkadang air itu harus menuruni terjal dan curamnya tebing, jauh, bahkan terkadang dia bertanya, kapan tebing ini selesai kulalui, dimana kutemukan dasarnya. Bahkan saat arus itu semakin dasyat menuruni tebing. Ya, hanya kesabaran dan keyakinan pada janji Allah yang mampu menjawabnya. Hingga akhirnya ia mengerti dan menemukan hempasan kuat dasar bebatuan yang merefleksikan kekuatan yang selama ini tak sadar Ia membuatmu menjadi semakin kuat. Menjadi pribadi kebanggaan Allah, qudwah ummat, menghasilkan buih-buih dan aerosol air yang menyejukkan orang yang mendekatinya, tanpa mereka pinta. Istiqomahlah, mereka akan mendekat, karena tak ada tempat yang ternyaman untuk kembali, kecuali padaNya. Satu hal yang akan kupercaya sepanjang hiupku… Aku percaya pada janjiNya…
Allahu Robbi…jagalah aku dan saudara-saudaraku, baik saat sendiri terseok-seok di aliran sungai, maupun saat kami bersama melalui jalan panjang tebing itu, karena Kau pasti memberikan kekuatan yang jauh lebih besar.
Perjalanan kami berlanjut ke Masjid Agung Garut dan ke pasar buat yang mau beli oleh2, dan kembali dengan menggunakan delman...dan kemudian kembali ke rumah diiringi dengan hujan rintik2 yang sejak pagi menahan kerinduannya pada bumi. Subhanallah Hari yang istimewa. Terima kasih Allah...terima kasih sahabat-sahabatku atas ukhuwah karena ikatan cinta padaNya. Love u cz Allah...uhibbukunna fillah.
Perjalanan kami berlanjut ke Masjid Agung Garut dan ke pasar buat yang mau beli oleh2, dan kembali dengan menggunakan delman...dan kemudian kembali ke rumah diiringi dengan hujan rintik2 yang sejak pagi menahan kerinduannya pada bumi. Subhanallah Hari yang istimewa. Terima kasih Allah...terima kasih sahabat-sahabatku atas ukhuwah karena ikatan cinta padaNya. Love u cz Allah...uhibbukunna fillah.
_sepenggal kisah istimewa yang kami alami minggu ini,,, reported by athiyah farhaniy_