desember ini hujan mengguyur bandung dan kota-kota lainnya hampir tiap hari, ya memang ini bulannya musim hujan jadi ya rutinnya begitu,,
musim hujan di negeri kita tercinta ini, tandanya siap-siap mendapati "kolam-kolam" terbentuk di jalan raya, jalan tol, rumah, dan mobil-mobil pada "ngantri", maksudnya banjir dan kemacetan mestilah terjadi.
dan dengan kondisi demikian,,, tak jarang kita saksikan orang-orang berkeluh kesah, tentang hujan. Kenapa hujan yang disalahkan? padahal Allah menurunkan hujan sebagai bentuk kasih sayangNya, rezeki Nya.
Ketika hujan turun dengan derasnya, dan terjadi banjir salah siapa?
Ketika macet terjadi di mana-mana salah siapa?
Ketika setiap hari tanpa ragu kita buang bungkus bekas makanan kita ke jalan raya, ke selokan, ke manapun dengan sebarangan, setiap hari setiap kita buang sampah, sampai akhirnya kota tercinta kita ini tanpa sadar menimbun sampah-sampahnya diseluruh penjuru, di gorong-gorong penyerapan air, di selokan, di sungai, dan ketika hujan tiba, banjir melanda, dengan mudahnya kita mengeluh " aaah hujan.. banjir deh"
Tak jarang dengan mudahnya kita juga salahkan aparat pemerintahan kita yang katanya gak bener urusin kota,, seiring dg itu diri ini terus buang sampah di sembarangan tempat.
pelis deh,,, ini kota kita yang tinggali, kita yang tumpangi, kenapa tak kau jaga juga wahai manusiaaaa!
mari mulai dari sekarang, cintai kota ini, cintai negeri ini, mungkin kita tak memiliki kemampuan mumpuni bidang fisika sehingga menang olimpiade dan mengharumkan nama bangsa, atau juga kita bukan tokoh perdamaian dunia yang mampu meredam konflik berkepanjangan,,, tapi kita bisa jadi penduduk yang cinta kebersihan dan menahan diri tak buang sampah sembarangan sehingga ketika musim hujan tiba, kita bisa menyambutnya dengan suka cita.
Simpan sampah-sampah yang anda hasilkan sampai menemukan tempat pembuangan yang tepat, kalo perlu sediakan tempat di tas anda unutk mengumpulkan sampah2 yang anda hasilkan, Insya Allah itu juga sudah menjadi suatu nilai kebaikan,,, ^^
Monday, December 24, 2012
Saturday, December 15, 2012
Karena aku ingin tetap sahabatmu
sedih...
bila kuingat tengkaran itu
Membuat jarak antara kita
Resah tiada menentu hilang canda tawamu
Tak ingin aku begini tak ingin begini
Sobat rangkaian masa yang tlah terlewat
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku mungkin karena egomu
Maaf aku buat begini maaf aku begini
Bila ingat kembali janji persahabatan kita
Tak kan mau berpisah karena ini
Pertengkaran kecil kemarin cukup jadi lembaran hikmah
Karena aku ingin tetap sahabatmu
heuuu ini lagu pas banget buat jadi backsound pas perang dingin yg sempat terjadi,, judulnya pertengkaran kecil, tapi aslinya perang dingin yg cukup lama. kalo ada yg sempet perhatikan beberapa posting galau saya terdahulu tentang teman ya itulah masa perang dingin terjadi.
seperti layaknya anak kecil sedang bertengkar, tak ingin saling sapa padahal hati rindu ingin tahu kabar, tak mau mulai percakapan padahal jemari gatal untuk sms atau sekedar chat,,, haha kata bang deden bilang "Mungkin karena egoku mungkin karena egomu"
masa itu telah berakhir, perang dingin sudah mencair, payung catik berenda berwarna biru bermotif pita menjadi bagian lelehnya perang dingin itu,,,,
"Karena aku ingin tetap sahabatmu"
Wednesday, December 5, 2012
fase fase kehidupan itu,,,
Waktu kian bergulir, setiap orang sedang menjalani tiap fase kehidupannya masing-masing,,,,
kelahiran kita dibumi menjadi awal fase itu, untuk kemudian merasakan indahnya belaian sang ibu, menikmati masa-masa awal sekolah, merasakan dunia baru, pergaulan baru, dan kawan baru. selanjutnya setiap jenjang pendidikan kita lalui sampai akhirnya ada gelar tersandang di akhir nama kita, S.Si, S.T, M.Si dan gelar-gelar lainnya. Dari gelar itu kita mendapat kepercayaan untuk mengisi posisi tertentu,,, dunia kerja.
seiring berjalannya waktu, usia semakin matang,, saatnya menggenapkan setengah agama,,, fase pernikahan,, fase dimana dua insan yang telah digariskan bertemu, menjalin suatu ikatan suci, ikatan yang kokoh, membuat komitmen mengarungi sisa jatah hidup bersama, menggapai tujuan bersama. Berawal dari fase inilah dilalui fase selanjutnya yang lebih luar biasa, yaitu fase menjadi orang tua. Sang ibu mengandung, melahirkan, menyusui sampai waktunya disapihkan. Kemudian perjuangan mendidik anak terus berlanjut sampai sang buah hati juga memalui fase yang sama, fase yang dialami ayah ibunya. Saatnya menikmati masa tua, memiliki cucu dan cicit, pada saat itu pula tubuh kian renta dan tibalah pada akhir fase kehidupan di dunia yaitu fase kematian.
adakah kita semua melewati fase-fase itu?
tidaklah setiap manusia melewati setiap tahapan fase tersebut secara runut, bisa saja dari fase sekolah terlewati krena kondisi yang tak mendukung sehingga ada manusia yang langsung mendapati dirinya harus segera menapaki fase bekerja mencari nafkah, atau fse pernikahan Allah gariskan pada seseorang lebih cepat maupun lebih lambat, tak setiap manusia juga di beri kesempatan untuk menjadi orang tua. itulah fase kehidupan,, tak mesti sama, tak mesti runut, tapi satu yang pasti, setiap manusia akan mengalami satu fase yaitu fase kematian,,,,
sering manusia berencana ini dan itu mengenai fase-fase hidupnya, sekolah kesana kesini, menikah dengan si anu di suatu tempat dengan konsep tertentu, memiliki anak sekian dan sekian menabung untuk masa depan, jaminan hari tua dan persiapan-persiapan lainnya yang semua itu belum tentu kita alami juga. hal itu tiada salahnya, justru baik dilakukan. akan tetapi tak jarang manusia melupakan persiapan menuju fase yang pasti akan datang, yaitu fase kematian. tak mesti manusia lewati semua fase dahulu baru mati kan datang dia bisa datang kapan saja setelah fase apa saja. sehingga pesiapan itu tak bisa kita lakukan di akhir, persiapan itu harus dilakukan setiap saat, setiap waktu sehingga kita siap kapan saja fase mati itu datang menghampiri. sungguh menjadi perenungan yang mendalam ketika ku perhatikan sanak, saudara, rekan dan sahabat, satu persatu mereka melewati dan menjalani fase itu, seiring diri membayangkan suatu saat "aku juga akan begitu" suatu saat nanti. Padahal Allah memiliki rencanaNya sendiri, rencana terbaiknya, rencana mengenai kita makhluknya, mengenai rizki, jodoh, kelahiran dan kematian.
Allah sebaik-baiknya tempat berharap dan meminta, semoga kita diberi kesempatan merasakan setiap fase kehidupan itu dan diberi akhir yang khusnul khotimah,,, semoga kita senantiasa diingatkan untuk selalu mengiringi persiapan fase kehidupan kita dengan persiapan fase kematian kita sehingga kapanpun dia datang kebaikanlah akhirnya,, AAAMMMMIIIIN
kelahiran kita dibumi menjadi awal fase itu, untuk kemudian merasakan indahnya belaian sang ibu, menikmati masa-masa awal sekolah, merasakan dunia baru, pergaulan baru, dan kawan baru. selanjutnya setiap jenjang pendidikan kita lalui sampai akhirnya ada gelar tersandang di akhir nama kita, S.Si, S.T, M.Si dan gelar-gelar lainnya. Dari gelar itu kita mendapat kepercayaan untuk mengisi posisi tertentu,,, dunia kerja.
seiring berjalannya waktu, usia semakin matang,, saatnya menggenapkan setengah agama,,, fase pernikahan,, fase dimana dua insan yang telah digariskan bertemu, menjalin suatu ikatan suci, ikatan yang kokoh, membuat komitmen mengarungi sisa jatah hidup bersama, menggapai tujuan bersama. Berawal dari fase inilah dilalui fase selanjutnya yang lebih luar biasa, yaitu fase menjadi orang tua. Sang ibu mengandung, melahirkan, menyusui sampai waktunya disapihkan. Kemudian perjuangan mendidik anak terus berlanjut sampai sang buah hati juga memalui fase yang sama, fase yang dialami ayah ibunya. Saatnya menikmati masa tua, memiliki cucu dan cicit, pada saat itu pula tubuh kian renta dan tibalah pada akhir fase kehidupan di dunia yaitu fase kematian.
adakah kita semua melewati fase-fase itu?
tidaklah setiap manusia melewati setiap tahapan fase tersebut secara runut, bisa saja dari fase sekolah terlewati krena kondisi yang tak mendukung sehingga ada manusia yang langsung mendapati dirinya harus segera menapaki fase bekerja mencari nafkah, atau fse pernikahan Allah gariskan pada seseorang lebih cepat maupun lebih lambat, tak setiap manusia juga di beri kesempatan untuk menjadi orang tua. itulah fase kehidupan,, tak mesti sama, tak mesti runut, tapi satu yang pasti, setiap manusia akan mengalami satu fase yaitu fase kematian,,,,
sering manusia berencana ini dan itu mengenai fase-fase hidupnya, sekolah kesana kesini, menikah dengan si anu di suatu tempat dengan konsep tertentu, memiliki anak sekian dan sekian menabung untuk masa depan, jaminan hari tua dan persiapan-persiapan lainnya yang semua itu belum tentu kita alami juga. hal itu tiada salahnya, justru baik dilakukan. akan tetapi tak jarang manusia melupakan persiapan menuju fase yang pasti akan datang, yaitu fase kematian. tak mesti manusia lewati semua fase dahulu baru mati kan datang dia bisa datang kapan saja setelah fase apa saja. sehingga pesiapan itu tak bisa kita lakukan di akhir, persiapan itu harus dilakukan setiap saat, setiap waktu sehingga kita siap kapan saja fase mati itu datang menghampiri. sungguh menjadi perenungan yang mendalam ketika ku perhatikan sanak, saudara, rekan dan sahabat, satu persatu mereka melewati dan menjalani fase itu, seiring diri membayangkan suatu saat "aku juga akan begitu" suatu saat nanti. Padahal Allah memiliki rencanaNya sendiri, rencana terbaiknya, rencana mengenai kita makhluknya, mengenai rizki, jodoh, kelahiran dan kematian.
Allah sebaik-baiknya tempat berharap dan meminta, semoga kita diberi kesempatan merasakan setiap fase kehidupan itu dan diberi akhir yang khusnul khotimah,,, semoga kita senantiasa diingatkan untuk selalu mengiringi persiapan fase kehidupan kita dengan persiapan fase kematian kita sehingga kapanpun dia datang kebaikanlah akhirnya,, AAAMMMMIIIIN
Subscribe to:
Posts (Atom)